Wednesday, April 29, 2020

Hidrogen Peroksida Food Grade


























Nah,pada postingan kali ini kita akan membahas secara khusus mengenai hidrogen peroksida food grade, yang lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari kita.
Salah satunya adalah kegunaannya sebagai hand sanitizer.
Pada saat ini di mana virus Corona atau Covid-19 sedang mewabah di hampir seluruh negara di dunia – termasuk Indonesia – penggunaan H2O2 food grade terus meningkat.
Hidrogen peroksida dengan konsentrasi 3% digunakan sebagai salah satu bahan baku pembuatan hand sanitizer yang direkomendasikan oleh WHO.

Tentu saja untuk pembuatan hand sanitizer sangat disarankan untuk menggunakan hidrogen peroksida food grade, karena harus aman ketika digunakan pada tangan dan terkena kulit.
Tidak menyebabkan iritasi dan tentu saja tidak beracun.
Selanjutnya kita akan bahas secara lebih detil mengenai hidrogen peroksida food grade, mulai dari bagaimana ia diproduksi,dan sampai spesifikasi teknisnya.
Yuk mari kita mulai…

Proses Produksi

Proses produksi hidrogen peroksida technical grade lebih rumit daripada food grade.
Untuk yang food grade, proses produksinya sangat sederhana.
Yaitu hidrogen peroksida technical grade – sebagai bahan bakunya – dipurifikasi untuk dihilangkan residunya sampai tingkat tertentu, termasuk kandungan stabilizer yang telah ditambahkan selama proses produksi sebelumnya.
Teknologi purifikasinya beragam, masing-masing produsen berbeda.
Sangat sederhana, bukan?

Penggunaan Hidrogen Peroksida Food Grade di Industri

Hidrogen peroksida food grade penggunaannya lekat dengan industri makanan dan minuman.
Salah satu kegunaannya adalah untuk proses sterilisasi kemasan botol minuman sebelum masuk ke dalam filling machine, di mana kemasan botol diisi dengan produk minuman.
Prosesnya biasa disebut dengan Aseptic Packaging.
Video berikut memperlihatkan bagaimana proses sterilisasi kemasan dan product filling terjadi dalam sebuah filling machine.



Aseptic Filling Machine Dengan Hidrogen Peroksida

Selain untuk proses sterilisasi packaging, hidrogen perokside food grade digunakan pula pada pemrosesan makanan seperti sebagai bleaching agent pada pembuatan teh instan (instant tea) dan menghilangkan sulful dioksida (SO2) dari produk sirup jagung.
Produk-produk lain yang juga menggunakannya antara lain produk anti bakteri, anti jamur, obat kumur, pasta gigi, pemutih gigi dan produk pembersih sikat gigi.

Spesifikasi H2O2 Food Grade

Salah satu referensi yang umumnya dijadikan sebagai dasar spesifikasi teknis pembuatan hidrogen peroksida food grade adalah US Food Chemicals Codex specifications.
Pada bulan Juli 1986, US Food and Drug Administration (FDA) mengelompokkan hidrogen peroksida ke dalam GRAS atau Generally recognized as Safe, artinya aman digunakan dalam pemrosesan bahan makanan.
Hidrogen peroksida yang digunakan dalam pemrosesan bahan makanan harus memenuhi spesifikasi seperti yang disebutkan dalam Food Chemicals Codex (21 CFR 178.1005(c) dan 21 CFR 184.1366(b)), seperti tercantum dalam tabel berikut ini:

Sementara itu, menurut Japanese Food Hygiene Law, spesifikasi H2O2 food grade adalah sebagai berikut:

Nah di Indonesia sendiri, baik pemerintah – melalui SNI – maupun BPOM sampai sekarang belum menetapkan secara resmi spesifikasi H2O2 food grade.
Khusus penggunaan untuk keperluan aspetic packaging, spesifikasi yang dipersyaratkan – terutama residu – tergantung dari jenis mesin yang dipergunakan.
Apakah hidrogen peroksida dikontakkan dengan cara dipping atau spray. Untuk model mesin yang kedua ini, kandungan residunya maksimal hanya 10-20 ppm saja.
Sedangkan untuk tipe dipping residu dalam hidrogen peroksida yang digunakan maksimalnya 60 ppm.
Produk H2O2 food grade yang sekarang beredar di Indonesia mayoritas masih berasal dari luar negeri atau impor, baik untuk mesin tipe dipping maupun spray.
Baru ada satu produsen saja di dalam negeri yang mampu memproduksinya.
Spesifikasi hidrogen peroksida yang biasa digunakan untuk filling machine tipe spray adalah seperti ditunjukkan ole tabel di bawah ini:

8 Tips Penggunaan IBC Tank Isi Ulang Agar Tetap Aman

IBC tank bekas

Menggunakan IBC tank isi ulang memang sangat efisien biaya, baik bagi produsen maupun konsumen.
Selain itu, penggunaan IBC isi ulang juga membantu upaya mengurangi jumlah limbah, terutama limbah plastik.
Namun, perlu diingat bahwa tanpa penanganan yang baik, maka penggunaan IBC tank isi ulang – apalagi untuk B3 seperti hidrogen peroksidakaustik soda atau asam klorida – sangat beriko menimbulkan masalah keselamatan dan kesehatan kerja atau K3.
Agar tetap aman, maka perlu dilakukan dengan hati-hati dengan mengikuti prosedur yang benar.

Potensi Bahaya K3 Penggunaan IBC Tank Isi Ulang

Kejadian berikut ini adalah bukti bahwa penggunaan IBC tank memiliki potensi bahaya K3 jika tidak mengikuti prosedur yang benar.
Selain bahaya di atas, masih ada potensi bahaya lainnya, yaitu:
  • bocoran kimia B3
  • terpapar kimia B3
  • ledakan atau explosion
  • kebakaran
  • tertimpa benda berat
Apabila potensi bahaya di atas terjadi, maka resiko terbesarnya adalah kematian.
Maka penting bagi kita untuk menggunakan IBC tank isi ulang dengan prosedur yang benar.

Cara Penanganan IBC Tank Isi Ulang

Ikut tips berikut ini agar tetap aman dan terhindar dari potensi bahaya seperti dijelaskan di atas, ketika melakukan penanganan IBC tank isi ulang atau returnable IBC tank.

Tips #1 Gunakan IBC tank hanya untuk satu jenis bahan kimia

Gunakan IBC tank isi ulang hanya untuk satu jenis bahan kimia saja, apalagi bahan kimia yang tergolong B3.
Mengapa?
Resiko tercampur akan tetap ada meskipun telah dilakukan pencucian. Apalagi jika pencuciannya tidak dilakukan dengan sempurna.
Apabila bahan kimia yang menggunakan IBC tank yang sama dapat bereaksi – seperti hidrogen peroksida dan kaustik soda – akan sangat berbahaya.

Tips #2 Dicuci setiap kali akan diisi ulang

Jangan pernah berasumsi bahwa IBC tank yang kembali dari konsumen misalnya bersih dan siap pakai.
Sangat dianjurkan untuk tetap melakukan pencucian sebelum dilakukan pengisian. Dan lakukan inspeksi setelah dicuci sebeum diisi ulang.
Karena jika bagian dalam IBC tank kotor, dapat menyebabkan produk yang diisi terkontaminasi, bahkan terurai atau terdekomposisi.

Tips #3 Inspeksi sebelum diisi

Pastikan sekali lagi botol IBC tank serta drain valve dalam keadaan bersih dan tidak bocor.
Selain botol, periksa pula frame serta palet IBC tank layak digunakan.
Jangan memaksakan untuk menggunakan IBC tank dalam kondisi rusak atau tak layak pakai.

Tips #4 Batasi masa pakai

IBC tank memiliki masa pakai tertentu. Memang tidak ada angka pasti terkait masa pakainya.
Demi safety, tetapkan masa pakainya setelah berkonsultasi dengan pembuat IBC tank. Lakukan test kedepannya untuk mendapatkan masa pakai yang paling optimum.
Jangan lupa berikan identitas pada IBC tank, bulan dan tahun mulai dipergunakan, agar tidak terjadi over usage.

Tips #5 Jangan digunakan jika sudah terkontaminasi

Meskipun masa pakainya belum terlampaui, tetapi apabila telah terkontaminasi oleh bahan kimia lain yang tidak dapat dibersihkan 100%, maka pisahkan IBC tank tersebut.
Jangan digunakan kembali. Sangat beresiko.

Tips #6 Stop penggunaan jika terdapat kerusakan

Kadangkala karena alasan biaya atau konsumen meminta barang dikirim cepat-cepat, IBC tank dengan kondisi rusak dan tak layak pakai tetap digunakan. Hentikan kegiatan seperti itu, karena sangat berbahaya dan membahayakan banyak orang.

Tips #7 Catat lalu lintas IBC tank

Mengendalikan perputaran 20 IBC tank tentu berbeda dengan mengatur 1.000 IBC tank. Maka dari itu lakukan pencatatan dengan baik, agar pergerakan IBC dapat diketahui.
Selain itu, catat pula IBC yang telah rusak, telah dicuci, dalam perbaikan dan siap pakai. Tujuannya agar IBC yang tak layak pakai atau rusak tidak digunakan kembali.

Tips #8 Bedakan area penyimpanan dan terapkan labeling

Untuk mencegah IBC tank tak layak pakai, yang belum dicuci serta yang layak pakai tercampur, maka buatlah area penyimpanan khusus untuk setiap kategori IBC.
Sebagai back up, terapkan pula sistem pelabelan atau labeling jika terjadi salah penyimpanan, IBC tetap dapat diidentifikasi dengan mudah.

Kesimpulan

Pengunaan IBC tank isi ulang dapat mengurangi biaya kemasan secara signifikan, serta mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan. Akan tetapi, perlu prosedur yang jelas agar penggunaan IBC tank tetap aman sampai habis masa pakainya.

Apa Kegunaan Natrium Benzoat Itu?

Natrium benzoat ternyata memiliki banyak kegunaan di samping sebagai bahan pengawet makanan dan minuman.
Natrium benzoat – dengan rumus kimia NaC6H5COO – adalah bahan pengawet makanan yang biasa ditemukan pada produk-produk seperti minuman bersoda, makanan dalam kaleng, lemon jus dalam botol, jelly dan kecap.
Lalu apa sih kegunaan natrium benzoat selain sebagai bahan pengawet makanan?
Ini dia penjelasannya.

Kegunaan Natrium Benzoat Yang Perlu Anda Tahu
  1. Natrium benzoat digunakan sebagai bahan pengawet juga pada beberapa macam obat seperti sirup obat batuk.
  2. Natrium benzoat digunakan pula pada proses pembuatan tablet, agar tablet menjadi transparan, halus dan ketika diminum ia menjadi lebih mudah hancur.
  3. Pada kasus kandungan amonia yang tinggi dalam darah, bahan kimia ini dianjurkan pula untuk diminum sebagai obat. Karena kandungan amonia yang tinggi dalam darah sangat berbahaya.
  4. Pada industri pembuatan kosmetik dan produk perawatan seperti sampo, pasta gigi dan mouthwash, bahan kimia yang satu ini juga digunakan sebagai bahan pengawet.
  5. Natrium benzoat berfungsi juga sebagai bahan kimia pencegah korosi. Ia biasanya ditemukan pada cairan pendingin mesin kendaraan atau coolant.
  6. Pada dunia fotografi, ia juga digunakan sebagai stabilizer pada pemrosesan foto.
  7. Pada beberapa jenis plastik, natrium benzoat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki kekuatan plastik.
  8. Nah, bagi anda yang gemar akan kembang api, ternyata bahan kimia yang satu ini digunakan pula proses pembuatannya, yaitu untuk menciptakan suara siulan pada saat kembang api dinyalakan.
 Referensi:
1. www.healthline.com/nutrition/sodium-benzoate#uses
2. www.foodadditivesworld.com/articles/sodium-benzoate.html
Untuk info mengenai katalog, price list, stok dan pemesanan, silakan menghubungi kami di:
☎ (021)2930 8500 (hotline marketing) 
πŸ“±087883980399 (Marketing Mega)
 πŸ“±081290587686 (Marketing Ria) 
πŸ“©info@ajschemindo.com (email)
Tim marketing kami siap menjawab kebutuhan kimia Anda.
Terima kasih
😊



Kunjungi Website Kami :

http://www.ajschemindo.com 
#supplier#bahankimia#ajs#chemindo#kimiaindustri#kimiaanalysis @ AJS Chemindo - Bahan Kimia Indonesia

Tuesday, April 21, 2020

Cara Mudah Membuat Disinfektan dan Hand Sanitizer Alami

Tidak selamanya cairan disinfektan harus  dibuat menggunakan bahan kimia produksi pabrik. Bisa juga dengan memanfaatkan bahan alami.

Cara Mudah Membuat Disinfektan dan Hand Sanitizer Alami
Dua peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan proses pembuatan cairan Hand Sanitizer atau cairan pembersih tangan di Laboratorium Kimia LIPI Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Senin (6/4/2020). Dalam menghadapi Pandemi COVID-19 ini, LIPI telah memproduksi empat ton Hand Sanitizer yang dibagikan secara gratis ke sejumlah instansi pemerintah dan rumah ibadah yang bahan bakunya sangat aman untuk kulit manusia. Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal

Disinfektan adalah bahan kimia seperti lisol, kreolin, yang digunakan untuk mencegah terjadinya pencemaran jasad renik. Disinfektan merupakan cara terbaik menghilangkan atau membunuh segala hal terkait mikroorganisme baik virus maupun bakteri, pada obyek permukaan benda mati.
Ketika wabah virus corona sedang merebak di tanah air, penggunaan disinfektan pun makin marak.  Bahan disinfektan berbeda dengan antiseptik baik secara tujuan, dosis, dan teknik yang digunakan. Bahan antiseptik harus aman pada mata, kulit, maupun luka. Antiseptik biasanya digunakan untuk mencuci tangan, membersihkan permukaan kulit yang terluka, serta mengobati infeksi kulit.
Ketua Umum Himpunan Ahli Kesehatan (HAKLI) Profesor Arif Sumantri menyebutkan, cuka nyatanya bisa menjadi bahan alternatif desinfektan yang bisa dimanfaatkan. Bahan untuk meracik desinfektan dari cuka ini pun sangat mudah didapatkan, yakni cuka itu sendiri sebagai bahan utama, lalu air bersih, dan minyak esensial seperti kayu manis, cengkeh, kayu putih, atau jeruk nipis.  Untuk meraciknya pun sangat gampang.
Siapkan setengah cangkir cuka putih yang sudah disuling, setengah gelas air, lalu 12-24 tetes minyak esensial seperti kemangi, kayu manis, cengkih, kayu putih, dan jeruk nipis. Langkah selanjutnya campurkan cuka, air, dengan kombinasi minyak esensial tersebut (pilih salah satu apakah minyak cengkih, kayu putih, kayu manis, atau jeruk nipis).
Kemudian kocoklah campuran tersebut dalam botol sprayer. Langkah terakhir simpan di tempat aman. Bila ingin digunakan, bersihkan dahulu media atau obyek dari debu yang ada di rumah, sebelum disinfektan disemprotkan. Setelah itu, semprotkan dan bersihkan media atau obyek tersebut dengan lap mikrofiber.
Cara kerja disinfektan alami ini adalah cuka putih dengan pH dan asam asetatnya yang rendah menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Cuka adalah antiseptik ringan. Sementara minyak esensial menambahkan kualitas antibakteri, antivirus, dan antijamur. Penggunaan disinfektan tergantung tingkat keperluannya, yaitu sebagai upaya pengendalian sanitasi.
Cairan alami ini hanya efektif 30 hingga 60 menit dengan rentang waktu residu yang melekat tidak sampai sehari. Penggunaannya ampuh bila memiliki waktu, tujuan, sasaran, dan konsentrasi yang tepat, untuk membasmi organisme.
Dengan membuat disinfektan sendiri, secara tidak langsung masyarakat sudah melakukan pencegahan mandiri. Ini sekaligus upaya melakukan social distancing dan physical distancing (jaga jarak) untuk memutus mata rantai penyebaran virus. Selain itu, memelihara kebersihan lingkungan dan rumah, menjaga tubuh tetap sehat, serta mencuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir tetap harus dijalankan.

Hand Sanitizer Alami
Selain penggunaan disinfektan alami, masyarakat yang masih menjalani bekerja dari rumah atau work from home juga dapat memanfaatkan waktu luangnya untuk mencoba membuat hand sanitizer alami di rumah.
Caranya, melalui aspek protektif personal yakni cuci tangan. Peneliti Mikrobiologi dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Sugiyono Saputra membeberkan cara membuat hand sanitizeralami untuk digunakan mencuci tangan.
Bahan yang diperlukan adalah 10 lembar daun sirih, 3 batang lidah buaya, 5 tetes minyak esensial lavender dan 3 gelas air. Kemudian, rebus daun sirih selama 30 menit, di mana 20 menit pertama menggunakan api besar dan 10 menit terakhir dengan api kecil. Lalu saring dan pindahkan ke mangkuk atau gelas.
Selanjutnya, bersihkan daging lidah buaya lalu dikocok dengan mesin blender hingga berbuih dan saring. Langkah terakhir, campurkan dua bahan tersebut, lalu aduk hingga merata dengan pengocok telur atau sendok, dan tambahkan minyak esensial lavender. Menurut Sugiyono, sirih memiliki sifat anti-bakteri. Sedangkan lidah buaya berfungsi sebagai pelembab dan minyak esensial berguna sebagai pewangi dari hand sanitizer.


Untuk info mengenai katalog, price list, stok dan pemesanan, silakan menghubungi kami di:
☎ (021)2930 8500 (hotline marketing) 
πŸ“±087883980399 (Marketing Mega)
 πŸ“±081290587686 (Marketing Ria) 
πŸ“©info@ajschemindo.com (email)
Tim marketing kami siap menjawab kebutuhan kimia Anda.
Terima kasih
😊

Kunjungi Website Kami :

http://www.ajschemindo.com 
#supplier#bahankimia#ajs#chemindo#kimiaindustri#kimiaanalysis @ AJS Chemindo - Bahan Kimia Indonesia