Sodium benzoat adalah pengawet. Sebagai tambahan makanan, natrium benzoat memiliki jumlah E E211. Hal ini bakteriostatik dan fungistatik dalam kondisi asam. Hal ini paling banyak digunakan dalam makanan asam seperti salad dressing (cuka), minuman berkarbonasi (asam karbonat), selai dan jus buah (asam sitrat), acar (cuka), dan bumbu. Hal ini juga digunakan sebagai pengawet dalam obat-obatan dan kosmetik.Konsentrasi sebagai pengawet makanan dibatasi oleh FDA di AS menjadi 0,1% berat.Sodium benzoat juga diperbolehkan sebagai aditif makanan hewan sampai dengan 0,1%, menurut publikasi resmi AFCO.
Natrium benzoat dalam bidang farmasi digunakan sebagai pengobatan untuk gangguan siklus urea karena kemampuannya untuk mengikat asam amino.Hal ini menyebabkan ekskresi asam amino dan penurunan kadar amonia. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa natrium benzoat mungkin bermanfaat sebagai add-on terapi (1 gram / hari) pada skizofrenia. Jumlah Positif dan Negatif skor Sindrom Skala turun 21% dibandingkan dengan plasebo.Sodium benzoate digunakan untuk mengobati hiperamonemia.Sodium benzoate telah terbukti untuk menghentikan perkembangan Parkinson pada tikus.
Untuk info mengenai katalog, price list, stok dan pemesanan, silakan menghubungi kami di:
Krim cukur: mengandung bahan kimia seperti gliserin
Untuk semakin meyakinkan anda, coba lihat di dalam rumah anda, dapur atau kamar mandi.
Bagaimana? Ada bukan produk-produk di atas?
Saya yakin, anda akan dengan mudah menemukan 10 produk kimia dalam rumah tangga di atas. Bahkan mungkin anda bisa menemukan lebih dari lebih banyak dari itu.
Bukan hanya itu, produk-produk kosmetik pun ternyata tak luput dari penggunaan bahan kimia.
Bahan kimia yang biasa digunakan dalam pembuatan produk-produk kosmetik menurut pure-chemical.com antara lain alkohol, formalin, talc, lanolin dan ammonium lauryl suphate.
Cara Mudah Menemukan Bahan Kimia Dalam Produk Rumah Tangga
Sebenarnya ada satu langkah mudah untuk mengetahui apakah produk rumah tangga yang anda gunakan mengandung bahan kimia atau tidak.
Lihat saja komposisinya.
Biasanya, informasi tersebut ada pada bagian belakang kemasan produk. Istilah kerennya, ingredient.
Coba anda perhatikan komposisi produk rumah tangga yang satu ini.
Kalau kita perhatikan tidak hanya satu jenis bahan kimia yang digunakan, tapi lebih dari 7 jenis bahan kimia yang digunakan sebagai bahan bakunya.
Nah, kalau produk yang satu ini tidak begitu spesifik menyebutkan bahan kimianya secara langsung. Hanya jenisnya saja.
Jadi dengan melihat gambar di atas, anda bisa mengetahui nama produk dan kandungan bahan kimianya.
Namun, perlu anda ketahui bahwa bahan kimia ada yang termasuk golongan B3 atau bahan berbahaya dan beracun, ada juga yang tidak.
Ada negara tertentu di dunia ini yang telah melarang penggunaan bahan kimia tertentu dalam produk rumah tangga.
Namun, ada pula negara yang masih memperbolehkannya.
Secara umum sih, negara-negara maju biasanya lebih ketat membuat kebijkan dalam hal ini.
Kesimpulan
Beragam bahan kimia digunakan sebagai bahan pembuat produk rumah tangga. Untuk mengetahui kandungan bahan kimia dan komposisinya dalam sebuah produk rumah tangga, anda perlu lihat komposisi atau ingredient-nya.
Nah,pada postingan kali ini kita akan membahas secara khusus mengenai hidrogen peroksida food grade, yang lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari kita.
Salah satunya adalah kegunaannya sebagai hand sanitizer.
Pada saat ini di mana virus Corona atau Covid-19 sedang mewabah di hampir seluruh negara di dunia – termasuk Indonesia – penggunaan H2O2 food grade terus meningkat.
Tentu saja untuk pembuatan hand sanitizer sangat disarankan untuk menggunakan hidrogen peroksida food grade, karena harus aman ketika digunakan pada tangan dan terkena kulit.
Tidak menyebabkan iritasi dan tentu saja tidak beracun.
Selanjutnya kita akan bahas secara lebih detil mengenai hidrogen peroksida food grade, mulai dari bagaimana ia diproduksi,dan sampai spesifikasi teknisnya.
Yaitu hidrogen peroksida technical grade – sebagai bahan bakunya – dipurifikasi untuk dihilangkan residunya sampai tingkat tertentu, termasuk kandungan stabilizer yang telah ditambahkan selama proses produksi sebelumnya.
Teknologi purifikasinya beragam, masing-masing produsen berbeda.
Sangat sederhana, bukan?
Penggunaan Hidrogen Peroksida Food Grade di Industri
Hidrogen peroksida food grade penggunaannya lekat dengan industri makanan dan minuman.
Salah satu kegunaannya adalah untuk proses sterilisasi kemasan botol minuman sebelum masuk ke dalam filling machine, di mana kemasan botol diisi dengan produk minuman.
Prosesnya biasa disebut dengan Aseptic Packaging.
Video berikut memperlihatkan bagaimana proses sterilisasi kemasan dan product filling terjadi dalam sebuah filling machine.
Selain untuk proses sterilisasi packaging, hidrogen perokside food grade digunakan pula pada pemrosesan makanan seperti sebagai bleaching agent pada pembuatan teh instan (instant tea) dan menghilangkan sulful dioksida (SO2) dari produk sirup jagung.
Produk-produk lain yang juga menggunakannya antara lain produk anti bakteri, anti jamur, obat kumur, pasta gigi, pemutih gigi dan produk pembersih sikat gigi.
Spesifikasi H2O2 Food Grade
Salah satu referensi yang umumnya dijadikan sebagai dasar spesifikasi teknis pembuatan hidrogen peroksida food grade adalah US Food Chemicals Codex specifications.
Pada bulan Juli 1986, US Food and Drug Administration (FDA) mengelompokkan hidrogen peroksida ke dalam GRAS atau Generally recognized as Safe, artinya aman digunakan dalam pemrosesan bahan makanan.
Hidrogen peroksida yang digunakan dalam pemrosesan bahan makanan harus memenuhi spesifikasi seperti yang disebutkan dalam Food Chemicals Codex (21 CFR 178.1005(c) dan 21 CFR 184.1366(b)), seperti tercantum dalam tabel berikut ini:
Sementara itu, menurut Japanese Food Hygiene Law, spesifikasi H2O2 food grade adalah sebagai berikut:
Nah di Indonesia sendiri, baik pemerintah – melalui SNI – maupun BPOM sampai sekarang belum menetapkan secara resmi spesifikasi H2O2 food grade.
Khusus penggunaan untuk keperluan aspetic packaging, spesifikasi yang dipersyaratkan – terutama residu – tergantung dari jenis mesin yang dipergunakan.
Apakah hidrogen peroksida dikontakkan dengan cara dipping atau spray. Untuk model mesin yang kedua ini, kandungan residunya maksimal hanya 10-20 ppm saja.
Sedangkan untuk tipe dipping residu dalam hidrogen peroksida yang digunakan maksimalnya 60 ppm.
Produk H2O2 food grade yang sekarang beredar di Indonesia mayoritas masih berasal dari luar negeri atau impor, baik untuk mesin tipe dipping maupun spray.
Baru ada satu produsen saja di dalam negeri yang mampu memproduksinya.
Spesifikasi hidrogen peroksida yang biasa digunakan untuk filling machine tipe spray adalah seperti ditunjukkan ole tabel di bawah ini:
Agar tetap aman, maka perlu dilakukan dengan hati-hati dengan mengikuti prosedur yang benar.
Potensi Bahaya K3 Penggunaan IBC Tank Isi Ulang
Kejadian berikut ini adalah bukti bahwa penggunaan IBC tank memiliki potensi bahaya K3 jika tidak mengikuti prosedur yang benar.
Selain bahaya di atas, masih ada potensi bahaya lainnya, yaitu:
bocoran kimia B3
terpapar kimia B3
ledakan atau explosion
kebakaran
tertimpa benda berat
Apabila potensi bahaya di atas terjadi, maka resiko terbesarnya adalah kematian.
Maka penting bagi kita untuk menggunakan IBC tank isi ulang dengan prosedur yang benar.
Cara Penanganan IBC Tank Isi Ulang
Ikut tips berikut ini agar tetap aman dan terhindar dari potensi bahaya seperti dijelaskan di atas, ketika melakukan penanganan IBC tank isi ulang atau returnable IBC tank.
Tips #1 Gunakan IBC tank hanya untuk satu jenis bahan kimia
Gunakan IBC tank isi ulang hanya untuk satu jenis bahan kimia saja, apalagi bahan kimia yang tergolong B3.
Mengapa?
Resiko tercampur akan tetap ada meskipun telah dilakukan pencucian. Apalagi jika pencuciannya tidak dilakukan dengan sempurna.
Apabila bahan kimia yang menggunakan IBC tank yang sama dapat bereaksi – seperti hidrogen peroksida dan kaustik soda – akan sangat berbahaya.
Tips #2 Dicuci setiap kali akan diisi ulang
Jangan pernah berasumsi bahwa IBC tank yang kembali dari konsumen misalnya bersih dan siap pakai.
Sangat dianjurkan untuk tetap melakukan pencucian sebelum dilakukan pengisian. Dan lakukan inspeksi setelah dicuci sebeum diisi ulang.
Karena jika bagian dalam IBC tank kotor, dapat menyebabkan produk yang diisi terkontaminasi, bahkan terurai atau terdekomposisi.
Tips #3 Inspeksi sebelum diisi
Pastikan sekali lagi botol IBC tank serta drain valve dalam keadaan bersih dan tidak bocor.
Selain botol, periksa pula frame serta palet IBC tank layak digunakan.
Jangan memaksakan untuk menggunakan IBC tank dalam kondisi rusak atau tak layak pakai.
Tips #4 Batasi masa pakai
IBC tank memiliki masa pakai tertentu. Memang tidak ada angka pasti terkait masa pakainya.
Demi safety, tetapkan masa pakainya setelah berkonsultasi dengan pembuat IBC tank. Lakukan test kedepannya untuk mendapatkan masa pakai yang paling optimum.
Jangan lupa berikan identitas pada IBC tank, bulan dan tahun mulai dipergunakan, agar tidak terjadi over usage.
Tips #5 Jangan digunakan jika sudah terkontaminasi
Meskipun masa pakainya belum terlampaui, tetapi apabila telah terkontaminasi oleh bahan kimia lain yang tidak dapat dibersihkan 100%, maka pisahkan IBC tank tersebut.
Jangan digunakan kembali. Sangat beresiko.
Tips #6 Stop penggunaan jika terdapat kerusakan
Kadangkala karena alasan biaya atau konsumen meminta barang dikirim cepat-cepat, IBC tank dengan kondisi rusak dan tak layak pakai tetap digunakan. Hentikan kegiatan seperti itu, karena sangat berbahaya dan membahayakan banyak orang.
Tips #7 Catat lalu lintas IBC tank
Mengendalikan perputaran 20 IBC tank tentu berbeda dengan mengatur 1.000 IBC tank. Maka dari itu lakukan pencatatan dengan baik, agar pergerakan IBC dapat diketahui.
Selain itu, catat pula IBC yang telah rusak, telah dicuci, dalam perbaikan dan siap pakai. Tujuannya agar IBC yang tak layak pakai atau rusak tidak digunakan kembali.
Tips #8 Bedakan area penyimpanan dan terapkan labeling
Untuk mencegah IBC tank tak layak pakai, yang belum dicuci serta yang layak pakai tercampur, maka buatlah area penyimpanan khusus untuk setiap kategori IBC.
Sebagai back up, terapkan pula sistem pelabelan atau labeling jika terjadi salah penyimpanan, IBC tetap dapat diidentifikasi dengan mudah.
Kesimpulan
Pengunaan IBC tank isi ulang dapat mengurangi biaya kemasan secara signifikan, serta mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan. Akan tetapi, perlu prosedur yang jelas agar penggunaan IBC tank tetap aman sampai habis masa pakainya.